Keragaman

[Keragaman][bleft]

Sain dan Teknologi

[Sains & Teknologi][bsummary]

Ekologi

[Ekologi][twocolumns]

Ikan Tanpa Mata (Barbodes klapanunggalensis) yang Ditemukan dalam Gua

Dikutip dari situs resmi nationalgeographic.grid.id. Sebuah penemuan luar biasa terjadi di kedalaman perut bumi Indonesia pada tahun 2020 ketika sebuah tim penjelajah gua menyusuri "gua vertikal" yang dikenal dengan nama Gua Cisodong 1.


Barbodes klapanunggalensis yang ditemukan di Gua Cisodong 1, Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat nationalgeographic.grid.id

Tim penjelajah gua ini sendiri terdiri dari Kunto Wibowo, M. Iqbal Willyanto, Anik Budhi Dharmayanthi, Cahyo Rahmadi, dan Daniel Natanael Lumbantobing.


Gua ini terkenal menantang untuk diakses karena memiliki serangkaian ruang yang menurun curam secara bertahap, dihubungkan oleh jurang-jurang terjal yang menganga di antara setiap ruangannya.


Dalam penjelajahan yang mendebarkan ini, jauh di kedalaman gua, tim ini terhenti di hadapan beberapa kolam dangkal yang memancarkan keunikan tersendiri.


Di permukaan kolam-kolam tersebut, mereka melihat makhluk-makhluk aneh yang tampak seperti ikan, namun ada satu ciri mencolok yang membuat mereka berbeda: ikan-ikan ini sama sekali tidak memiliki mata, melainkan kulit yang menutupi area yang seharusnya menjadi tempat mata mereka berada.


Pada saat itu, para penjelajah gua ini belum menyadari implikasi penuh dari penemuan mereka, namun tanpa mereka ketahui, mereka telah menemukan spesies baru yang belum pernah terdokumentasi sebelumnya.


Rasa penasaran yang kuat mendorong tim untuk mendokumentasikan temuan mereka. Mereka dengan sigap mengambil foto-foto ikan-ikan tanpa mata tersebut dan kemudian membagikan rekaman visual ini kepada sekelompok ilmuwan.


Langkah ini terbukti menjadi kunci penting dalam proses identifikasi spesies baru ini. Hasil dari penemuan dan analisis mereka kemudian dipublikasikan pada tanggal 24 Februari dalam jurnal terkemuka yang ditinjau oleh rekan sejawat, ZooKeys.


Dari pengamatan awal, ikan gua yang tidak biasa ini memiliki kemiripan dengan wader perak, sejenis ikan air tawar kecil yang umum ditemukan di berbagai danau dan sungai. Namun, perbedaan yang paling mencolok terletak pada rongga mata mereka yang "sepenuhnya tertutup kulit," sebuah ciri khas yang membedakannya dari wader perak pada umumnya.


Ketertarikan ilmiah yang semakin besar mendorong tim penjelajah gua yang berpengalaman ini untuk kembali ke Gua Cisodong 1 pada tahun 2022. Dalam ekspedisi lanjutan ini, mereka berhasil mengumpulkan dua spesimen ikan misterius tersebut untuk studi lebih lanjut.


Setelah mengamati spesimen-spesimen tersebut secara lebih mendalam, para peneliti dengan cepat menyadari bahwa mereka berhadapan dengan spesies yang benar-benar baru bagi ilmu pengetahuan.


Spesies baru ini kemudian secara resmi diidentifikasi dan diberi nama Barbodes klapanunggalensis, atau yang lebih dikenal sebagai wader gua buta Klapanunggal, sebagai penghormatan terhadap daerah tempat penemuan mereka.


Menurut penelitian yang dipublikasikan, wader gua buta Klapanunggal memiliki tubuh yang ditutupi sisik dan dapat tumbuh hingga mencapai panjang sekitar 3 inci. Kepala mereka yang tanpa mata memiliki moncong "bulat" yang khas dan dilengkapi dengan beberapa sungut yang menyerupai kumis di sekitar mulutnya.


Foto-foto yang mendokumentasikan spesies baru ini mengungkapkan warna tubuh "putih keperakan" yang mencolok. Warna ini, seperti yang umum ditemukan pada hewan-hewan gua lainnya, merupakan akibat dari ketiadaan pigmen pada kulit mereka karena hidup dalam kegelapan abadi.


Menariknya, salah satu dari dua spesimen yang dikumpulkan tampak "lebih gemuk" dibandingkan yang lain, yang kemudian dijelaskan oleh para peneliti sebagai akibat dari "akumulasi cairan kental" di dalam tubuhnya.

Barbodes klapanunggalensis natgeo

Wader gua buta Klapanunggal diketahui menghuni kolam-kolam gua dangkal yang terletak antara 90 hingga 170 kaki di bawah permukaan tanah. Habitat mereka, yaitu kolam-kolam gua tersebut, digambarkan "berisi air jernih dan partikel tanah liat halus," dan terhubung ke sistem sungai bawah tanah yang bersifat "musiman."


Perilaku ikan ini juga cukup unik. Mereka cenderung "diam di air yang tenang, tetapi mulai berenang aktif ketika airnya terganggu," menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan gua yang minim gangguan.


Para peneliti memutuskan untuk menamai spesies baru ini sesuai dengan Distrik Klapanunggal, wilayah geografis tempat spesies ini pertama kali ditemukan dan, hingga saat ini, merupakan satu-satunya lokasi keberadaan mereka yang diketahui. Distrik Klapanunggal, yang menjadi rumah bagi Gua Cisodong 1, terletak di daerah pinggiran Jakarta, ibu kota Indonesia


Ironisnya, spesies baru yang luar biasa ini sudah dianggap "memenuhi kriteria spesies terancam" karena kombinasi faktor-faktor seperti "distribusi terbatas, habitat khas, populasi kecil," serta "potensi ancaman tinggi" yang berasal dari aktivitas "industri ekstraktif" di wilayah tersebut.


Identifikasi spesies baru ini didasarkan pada serangkaian karakteristik morfologi yang khas, termasuk ketiadaan mata, bentuk sirip yang spesifik, proporsi tubuh yang unik, pewarnaan yang khas, dan fitur fisik halus lainnya. Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini tidak melibatkan analisis DNA dari spesies baru tersebut.


Tidak ada komentar:

Sejarah

[Sejarah][bsummary]

Makanan dan Pertanian

[Ekologi][twocolumns]