Kompat - Indonesia tidak diragukan dengan luas lahan dan kemampuan dalam pertanian. bahkan akhir tahun 2017 banyak daerah yang telah megumumkan surplus pangan untuk beberapa bulan kedepan yang memungkinkan tidak terjadinya lonjakan harga.
Bahkan 2 tahun lalu tepatnya tahun 2016 silam pemerintah telah mencanangkan penambahan garapan lahan baru seluas 200.000 HA lahan untuk cetak sawah baru. Dalam kurung waktu 2 tahun seharusnya cetak sawah telah menghasilkan berton-ton gabah. untuk mengamankan stok beras dan pangan lain.
Awal Tahun ini 2018, kita dikagetkan dengan impor baras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500 ribu ton untuk 28 bulan kedepan. Impor ini menjadi viral dan sekaligus kejutan pemerintah untuk rakyatnya.
Impor beras dilakukan dengan alasan terjadi lonjakan harga setelah melakukan sidak/operasi pasar. Harga Beras tahun 2017 hingga Desember masih kisaran Rp. 6.500 - Rp. 9.000 /kg dan perliternya. sementara awala tahun harga Rp. 7.000 - Rp. 11.000 / kg. Kenaikan harga Rp. 1000 dinggap pemerintah adalah lonjakan harga. Sementara harga beras pernah mencapai 12.000 diawal tahun 2017.
Referensi >> : Roundup Ancaman bagi Lingkungan dan Kesehatan, Penyebab Kanker dan Kematian Jutaan Makhluk.
Beberapa media telah memberitakan selama 2 pekan terakhir, seperti dikutipdari Detik Finence.
Pemerintah membuka keran impor beras khusus sebanyak 500.000 ton. Langkah itu diharapkan dapat menekan harga beras yang saat ini sedang melonjak tinggi.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, menjelaskan keputusan impor setelah melewati rangkaian operasi pasar hingga pembahasan dengan berbagai pihak.
"Langkah pertama yang kami lakukan dan sebenarnya bukan dilakukan baru, kita lakukan operasi pasar beras, itu kita lakukan sejak November-Desember. Tetapi hanya coba penetrasi ke market, artinya operasi tidak secara masif dijalankan. Hanya di daerah yang berpotensi rawan dari sisi konsumsi, Bulog masuk," kata Enggartiasto di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Jumat (12/1/2018).
Operasi pasar yang dilakukan itu belum bisa memberikan hasil yang signifikan. Walaupun bisa menahan lonjakan, harga beras di pasar tetap tinggi. Bahkan hingga awal Januari ini harga beras kembali naik.
"Dampaknya tidak nendang. Tidak memberikan penurunan harga. Bahkan, memang sesaat terjadi stuck tidak naik, kemudian terjadi kenaikan sedikit, dan awal Januari terus meningkat secara tajam," jelas pria yang biasa disapa Enggar itu.
Menurut Enggar melonjaknya harga karena kurangnya pasokan beras medium. Kenaikan beras medium ikut mendorong lonjakan harga beras premium.
"Memang terjadi kekurangan atau kelangkaan beras medium, tapi dengan kenaikan beras medium ini juga mendorong naik beras premium," katanya.
Kemendag memperluas operasi pasar bersama Bulog di beberapa daerah yang harga berasnya tinggi. Namun tetap saja, langkah itu pun belum cukup mengerek harga beras turun. Alhasil, opsi terakhir diambil yaitu membuka keran impor beras.
Enggar mengaku sempat berdebat dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mengambil keputusan impor. Namun, dia menegaskan, kebijakan impor memang harus cepat dilakukan, karena beras merupakan komoditi utama yang harus dijaga kestabilan harganya.
"Langkah lainnya yang saya lakukan, kita berdebat, tapi satu hal yang pasti bahwa beras adalah komoditi utama. Yang harus saya jaga adalah kepentingan konsumen," tuturnya.
"Political risk-nya terlalu beras, kalau supply beras kurang. Saya lakukan impor beras, jenis beras yang diimpor adalah yang tidak ditanam di Indonesia. Masuk dalam kategori beras khusus. Kita minta beras khusus ini masuk ke pasar dengan harga beras medium. Saya impor 500 ribu ton, dan yang kita tugaskan adalah PPI, BUMN," pungkasnya. Dipublikasikan DETIK FINANCE
Pernyatan menteri perdagangan banyak menimbulakan pertanyaaan dan pernyataan. termsuk jenis beras yang di impor tersebut. untuk apa mengimpor kalau misalnya beras yang di Impor ada di Indonesia atau jenis yang sama?. Apa beras ini cocok dengan Industri makanan di Indonesia dan apakah beras ini lansung ke pasar atau hanya mengganti stok yang ada di gudang? dan masih banyak pertanyaan lain.
Kebanyakan beras yang beredarluas dipasaran adalah beras lama alias beras yang sudah mulai menghitam. begitu pula dengan beras pembagian dari pemerintah/bulog. beras sudah mulai coklat dan rasanya sudah mulai mengeras. Hingga masyarakat tidak merasakan manfaatnya.
Untuk itu alangkah baiknya pemerintah memaksimalkan potensi dalam negeri, jangan sampai daerah mengkampanyekan surplus beras tapi pemerintah pusat malah melakukan impor besar-besaran. nf
Foto : Sumber Google |
Awal Tahun ini 2018, kita dikagetkan dengan impor baras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500 ribu ton untuk 28 bulan kedepan. Impor ini menjadi viral dan sekaligus kejutan pemerintah untuk rakyatnya.
Impor beras dilakukan dengan alasan terjadi lonjakan harga setelah melakukan sidak/operasi pasar. Harga Beras tahun 2017 hingga Desember masih kisaran Rp. 6.500 - Rp. 9.000 /kg dan perliternya. sementara awala tahun harga Rp. 7.000 - Rp. 11.000 / kg. Kenaikan harga Rp. 1000 dinggap pemerintah adalah lonjakan harga. Sementara harga beras pernah mencapai 12.000 diawal tahun 2017.
Referensi >> : Roundup Ancaman bagi Lingkungan dan Kesehatan, Penyebab Kanker dan Kematian Jutaan Makhluk.
Beberapa media telah memberitakan selama 2 pekan terakhir, seperti dikutipdari Detik Finence.
Foto : Sumber AgroIndonesia |
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, menjelaskan keputusan impor setelah melewati rangkaian operasi pasar hingga pembahasan dengan berbagai pihak.
"Langkah pertama yang kami lakukan dan sebenarnya bukan dilakukan baru, kita lakukan operasi pasar beras, itu kita lakukan sejak November-Desember. Tetapi hanya coba penetrasi ke market, artinya operasi tidak secara masif dijalankan. Hanya di daerah yang berpotensi rawan dari sisi konsumsi, Bulog masuk," kata Enggartiasto di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Jumat (12/1/2018).
Operasi pasar yang dilakukan itu belum bisa memberikan hasil yang signifikan. Walaupun bisa menahan lonjakan, harga beras di pasar tetap tinggi. Bahkan hingga awal Januari ini harga beras kembali naik.
"Dampaknya tidak nendang. Tidak memberikan penurunan harga. Bahkan, memang sesaat terjadi stuck tidak naik, kemudian terjadi kenaikan sedikit, dan awal Januari terus meningkat secara tajam," jelas pria yang biasa disapa Enggar itu.
Menurut Enggar melonjaknya harga karena kurangnya pasokan beras medium. Kenaikan beras medium ikut mendorong lonjakan harga beras premium.
"Memang terjadi kekurangan atau kelangkaan beras medium, tapi dengan kenaikan beras medium ini juga mendorong naik beras premium," katanya.
Kemendag memperluas operasi pasar bersama Bulog di beberapa daerah yang harga berasnya tinggi. Namun tetap saja, langkah itu pun belum cukup mengerek harga beras turun. Alhasil, opsi terakhir diambil yaitu membuka keran impor beras.
Enggar mengaku sempat berdebat dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mengambil keputusan impor. Namun, dia menegaskan, kebijakan impor memang harus cepat dilakukan, karena beras merupakan komoditi utama yang harus dijaga kestabilan harganya.
"Langkah lainnya yang saya lakukan, kita berdebat, tapi satu hal yang pasti bahwa beras adalah komoditi utama. Yang harus saya jaga adalah kepentingan konsumen," tuturnya.
"Political risk-nya terlalu beras, kalau supply beras kurang. Saya lakukan impor beras, jenis beras yang diimpor adalah yang tidak ditanam di Indonesia. Masuk dalam kategori beras khusus. Kita minta beras khusus ini masuk ke pasar dengan harga beras medium. Saya impor 500 ribu ton, dan yang kita tugaskan adalah PPI, BUMN," pungkasnya. Dipublikasikan DETIK FINANCE
Pernyatan menteri perdagangan banyak menimbulakan pertanyaaan dan pernyataan. termsuk jenis beras yang di impor tersebut. untuk apa mengimpor kalau misalnya beras yang di Impor ada di Indonesia atau jenis yang sama?. Apa beras ini cocok dengan Industri makanan di Indonesia dan apakah beras ini lansung ke pasar atau hanya mengganti stok yang ada di gudang? dan masih banyak pertanyaan lain.
Kebanyakan beras yang beredarluas dipasaran adalah beras lama alias beras yang sudah mulai menghitam. begitu pula dengan beras pembagian dari pemerintah/bulog. beras sudah mulai coklat dan rasanya sudah mulai mengeras. Hingga masyarakat tidak merasakan manfaatnya.
Untuk itu alangkah baiknya pemerintah memaksimalkan potensi dalam negeri, jangan sampai daerah mengkampanyekan surplus beras tapi pemerintah pusat malah melakukan impor besar-besaran. nf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar