Keragaman

[Keragaman][bleft]

Sain dan Teknologi

[Sains & Teknologi][bsummary]

Ekologi

[Ekologi][twocolumns]

El Nino, Fenomena yang Pengaruhi Musim Kemarau di Indonesia

El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang dapat memberikan dampak iklim dan cuaca di Indonesia.


Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan untuk mewaspadai dampak El Nino terhadap cuaca di sejumlah wilayah di Indonesia.



Ilustrasi El Nino. Dampak El Nino, musim kemarau panjang.

© SHUTTERSTOCK/Nexus 7


Kepala BMKG Dwikorita Karnawati beberapa waktu lalu telah menyampaikan, potensi terjadinya fenomena El Nino dapat memicu kekeringan, hingga meningkatkan jumlah titik api berpotensi meningkatkan kondisi kerawanan kebakaran hutan dan lahan.


Lantas, apa itu fenomena El Nino?


Seperti dikutip dari situs resmi Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG, El Nino-Southern Oscillation (ENSO) atau El Nino adalah fenomena anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.


El Nino merupakan istilah yang berasal dari bahasa Spanyol yang berarti 'anak laki-laki'.


Istilah tersebut awalnya digunakan untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang Natal.


Kondisi yang muncul selama berabad-abad lalu ini dinamai oleh para nelayan Peru sebagai El Nino de Navidad yang disampaikan dengan nama Kristus yang baru lahir.


Menurut situs BMKG, menghangatnya perairan di wilayah Amerika Selatan ini ternyata berkaitan dengan anomali pemanasan lautan yang lebih luas di Samudra Pasifik bagian timur.


Bahkan, anomali ini dapat mencapai garis batas penanggalan internasional di Pasifik tengah.


Dalam istilah ilmu iklim, El Nino menunjukkan kondisi anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik ekuator bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normalnya.


Sementara itu, anomali suhu permukaan laut di kawasan Pasifik bagian barat dan perairan Indonesia yang biasanya hangat atau warm pool, menjadi lebih dingin dari normalnya.


Ada pun dampak fenomena El Nino menyebabkan daerah pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik bagian tengah. Akibatnya, kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia.


Dampak El Nino pada cuaca di Indonesia

Berdasarkan kajian ilmiah, umumnya, fenomena El Nino berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia.


Kendati demikian, dampak El Nino dapat bergantung pada beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.


Intensitas El Nino

Durasi El Nino

Musim yang sedang berlangsung

BMKG menyebut, dampak El Nino di Indonesia, pada umumnya terasa kuat pada musim kemarau yang terjadi pada bulan-bulan Juli, Agustus, September hingga Oktober.


Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut.



Selain itu, sejumlah wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut.


Berdasarkan prediksi BMKG terkait curah hujan bulanan, sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0-100 mm/bulan, yang diperkirakan terjadi pada Agustus, September dan Oktiber.


Wilayah-wilayah yang akan mengalami kondisi cuaca tersebut antara lain Sumatera bagian tengah hingga selatan, Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.


Musim kemarau di Indonesia pada tahun 2023 disebut lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya.


Hal ini tak terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh fenomena El Nino dan IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di samudra.


telah ternit di Kompas.com

Tidak ada komentar:

Sejarah

[Sejarah][bsummary]

Makanan dan Pertanian

[Ekologi][twocolumns]