Keragaman

[Keragaman][bleft]

Sain dan Teknologi

[Sains & Teknologi][bsummary]

Ekologi

[Ekologi][twocolumns]

Ahli spesies laut itu sudah tiada. Selamat jalan Tetha

Indonesia kehilangan satu dari sedikit perempuan ahli spesies laut yang dimilikinya. Creusa Hitipeuw, atau akrab dikenal sebagai Tetha, kemarin, Minggu (22/12) di Jakarta, telah berpulang kembali ke sisi Tuhan YME setelah selama lebih dari 2 bulan berjuang melawan kanker stadium lanjut yang dideritanya.

Tetha adalah seorang ahli penyu terbaik yang pernah dimiliki WWF. Selama lebih dari 17 tahun berkiprah di WWF-Indonesia, Tetha telah mencurahkan segenap waktu, pikiran dan tenaganya dengan dedikasi yang luar biasa untuk kemajuan konservasi laut Indonesia. Ia bekerja di berbagai lokasi konservasi laut mulai dari Kepulauan Aru, Kepulauan Derawan, wilayah kepala burung dan Teluk Cendrawasih Papua, dan Kepulauan Kei Kecil di Maluku.

Sepak terjangnya tak hanya diakui di Indonesia namun juga di jaringan global WWF dan para ahli spesies laut dunia. Bekerjasama dengan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Tetha mengamati dan meneliti pola migrasi penyu dengan satelit transmisi. Penelitian yang telah berhasil mengungkap jalur migrasi penyu belimbing yang bergerak dari Jamursba Medi Papua hingga ke Monterrey Bay di pantai barat Amerika Serikat ini merupakan sebuah kontribusi besar bagi konservasi laut dunia.

Selain meneliti habitat dan pola migrasi penyu, perempuan yang meraih gelar Master di bidang Biologi Kelautan di Vrije Universiteit, Belgia, itu juga mengembangkan penelitian tentang pergerakan hiu paus di Teluk Cendrawasih, Papua. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui habitat penting dan dampak ekowisata terhadap tingkah laku hiu paus.

Kecintaan Tetha terhadap spesies laut tumbuh sejak masa kuliahnya di Universitas Pattimura, Ambon. Saat itu, sebagai mahasiswa perikanan ia membantu identifikasi penyu di Cagar Alam Laut Aru Tenggara, sebuah aktifitas yang mempertemukannya pertama kali dengan WWF-Indonesia pada 1992. Kecintaan dan dedikasinya terhadap konservasi laut pula lah yang membuatnya bergabung sebagai karyawan WWF sejak 1996.

Berbagai pengalaman dan keahlian yang dimilikinya tak lantas membuat Tetha tinggi hati. Diantara rekan-rekan sejawatnya, ia dikenal sangat ramah, mudah bergaul, penyabar dan menyebarkan energi positif disekelilingnya.

Sebelum jatuh sakit dan didiagnosa menderita kanker, pada pertengahan Oktober 2013 Tetha sempat melakukan perjalanan dinas ke California, Amerika Serikat, untuk menghadiri pertemuan tentang penyu Belimbing “Leatherback Turtle Summit". Setibanya di Jakarta sejak kembali dari Amerika pada 20 Oktober 2013, Tetha dirawat di Rumah Sakit Medistra dan kondisinya terus menurun. Tetha menutup mata untuk selama-lamanya pada usia 44 tahun.

Selamat jalan Tetha, beristirahatlah dalam damai.

Sumber : wwf Indonesia

Tidak ada komentar:

Sejarah

[Sejarah][bsummary]

Makanan dan Pertanian

[Ekologi][twocolumns]