Keragaman

[Keragaman][bleft]

Sain dan Teknologi

[Sains & Teknologi][bsummary]

Ekologi

[Ekologi][twocolumns]

Rongkong, Komunitas Kuno Tanah Luwu Sebelum Era Sawerigading

Rongkong adalah nama sebuah komunitas masyarakat adat yang tinggal di wilayah kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Komunitas masyarakat adat Rongkong, adalah salah satu komunitas masyarakat adat terbesar di wilayah tanah Luwu, dimana tau Rongkong atau orang Rongkong masuk dalam catatan Tomakaka atau masuk dalam strata garis keturunan raja-raja di tanah Luwu. Adat tradisi dan budayanya sangat kental dengan jenis kesenian beraneka ragam titipan leluhur,walaupun sebahagian telah terlupakan, bahkan sebagian besar telah mendekati kepunahan.

Masyarakat adat Rongkong telah berada di wilayah tanah Luwu sejak abat ketiga jauh sebelum hadirnya era Sawerigading di tanah Luwu. Pada abad ketiga, komunitas masyarakat adat Rongkong awalnya berdomisili di wilayah dataran tinggi dikawasan pegunungan Berana tepatnya di kaki gunung Puang Rongkong Tanah Masakke to Tanah Lalong. Rongkong berasal kata dari Marongko yang artinya rahmat atau anugrah tuhan yang maha Esa. Tanah leluhur komunitas masyarakat adat Rongkong, hingga kini masih mempertahankan adat dan budaya leluhur mereka dengan tetap mempertahankan gelar tomakaka (orang yang dituakan). Tomakaka adalah cikal bakal marang cina Torongkonge, sebutan gelar tau toa, sementara Marang Cina Torongkonge adalah orang yang dipertuan agungkan atau raja.

Kebesaran nama Rongkong, dapat kita lihat dari banyaknya situs purbakala serta benda-benda peninggalan sejarah leluhur masyarakat adat Rongkong, yang tersebar di tanah Luwu. Rongkong memiliki kawasan hutan yang membentang luas dengan kondisi  utuh ditumbuhi pepohonan yang beraneka ragam salah satunya adalah pohon Agatis dalam populasi yang sangat banyak dan di manfaatkan sebagai sumber ekonomi penduduk setempat sampai sekarang ini. Menariknya karena kawasan hutan ini di huni berbagai jenis satwa liar salah satunya adalah Anuang atau Anoa, Sapi kecil liar khas Sulsel.

Walaupun tanah Luwu telah dimekarkan menjadi tiga kabupaten plus satu kota, yaitu kabupaten Luwu, dengan pusat pemerintahannya bernama Belopa, kabupaten Luwu Utara dengan pusat pemerintahannya di Masamba, kabupaten Luwu Timur, pusat pemerintahannya berada di Malili, dan kota Palopo. Namun masyarakat adat rongkong yang tersebar di tanah Luwu, masih tetap mempertahankan tradisi adat leluhur mereka.

Salah satu tradisi yang masih tetap bertahan adalah tradisi tenunan Adat Rongkong, namun aktifitas tradisi warisan adat Rongkong ini terancam pula kepunahannya karena para pengrajinnya yang masih hidup tinggal di hitung jari dan itupun semuanya sudah berusia lanjut ( Lansia). Tenunan Adat Rongkong mempunyai ciri khas budaya masyarakat Rongkong yang sejak turun temurun yang cukup populer di dalam negeri maupun mancanegara. Cikal bakal tenunan adat Rongkong adalah “Tannun Tang Mangka”yang turut di jelmakan dalam kemunculan gaib “Tomanurun” dimana tenunan ini sebagai lambang kebesarannya. Bahan Baku tenunan adat Rongkong terdiri dari kapas alam yang diberi bahan pewarna dan pengawet dari tumbuhan alam. Alat tenunnya pun masih tradisional yang di buat dari kayu dan bambu. Hasil tenunan adat Rongkong ini dapat bertahan sampai ratusan tahun dan tidak mengalami perubahan warnaatau tidak luntur.

Daerah Rongkong masuk dalam wilayah Administrasi Kabupaten Luwu Utara,wilayah Rongkong terdiri dari Tujuh Desa antara lain : Desa Limbong, Desa Komba, Desa Pengkendekan, Desa Marampa, Desa Kanandede, Desa Balannalu, Desa Rinding Allo. (referensi: torongkong.blogspot.com/ luwuutara.go.id)

 Sumber : kabarkami.com

Tidak ada komentar:

Sejarah

[Sejarah][bsummary]

Makanan dan Pertanian

[Ekologi][twocolumns]