Keragaman

[Keragaman][bleft]

Sain dan Teknologi

[Sains & Teknologi][bsummary]

Ekologi

[Ekologi][twocolumns]

Jangan Menutup Mata Dengan Masyarakat dan Hutan Lindung Kahayya


Foto : Fadil
(Anggrek Spesies Kahyya)
Pada akhir tahun 2013 tim Komunitas Peta Buta (KOMPAT) melakukan perjalanan menuju kampung Kahayya yang bada di kabupaten Bulukumba untuk mengunjungi hutan Kahayya yang berbatasan dengan kabupaten Sinjai.

Informasi yang bersumber dari masyarakat di luar kampung Kahayya itu keadaannya sangat dingin dan masih asri dan alami. Seperti hutan lebat yang ada dalam bayangan kita, pohon besar dengan berbagai jenis binatang didalamnya, udaranya sejuk menusuk ketika menyambanginya.

Perjalanan yang menepuh 7 kilo meter dari ibukota kecamatan ini ditempuh dengan 1 jam 45 menit dengan tanjakan tajam, batu cadas dan tanah berlumpur menyulitkan perjalanan kami dengan menggunakan kendaraan seadanya. Berkali-kali terpelincir dan terjatuh serta bertumpu pada dinding tanah dan pohon demi mengimbangi perjalan kami.

Setiba di perbatasan Kahayya sekita 5 kilometer dari ibukota kecamatan. Kami disuguhi pemandangan yang begitu indah dan udara yang sedikit panas, entah itu pengaruh perjuangan dalam perjauangan melalui lintasan atau pengaruh keadaan sekitar yang mulai gundul dan memberikan pemandangan titik longsor dibalik bukit tempat kami berdiri. Kami belum manyadari keadaan itu karena pemandangan dari ketinggian untuk menyaksikan kota Bulukumba dari atas gunung dengan lautan yang membiru.

Foto : Fadil (Pemandangan dari Puncak Perbatasan Kahayya)
 Tak lama berselang, setelah beristerahat kami melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan Kahayya dengan suguhan wisata danau Lurayya, danau yang ada di tengan bukit berada di atas puncak gunung yang tampak tidak terpelihara dan sekitarnya hanya menyisakan tanaman perkebunan masyarakat yang merupakan bukan penyangga kawasan hutan. Sehingga dapat dipastikan danau ini akan teranca secara ekologis.

Cerita masyarakat yang berkembang adalah danau ini ketika musim penghujan airnya melimpah dan ketinggiannya tidak bis diprediksi. Sementara pada hari normal airnya terkadang surut dengan sendirinya dana pada musim kemarau airnya menyusut, padahal dulu tidak pernah ada kasus seperti itu. Kata Raju' masyarakat yang bermukim sekitar danau Lurayya.

Foto : Fadil (Danau Lurayya, Kahayya, Bulukumba)
Kami menganggap ini sebagai bentuk untuk mengelabui keadaan, sehingga dibautlah menjadi sebuah mitos dari danau tersebut yang melegenda ditengah masyarakt luas, sehingga itulah yang menjadi konsumsianak cucu mereka tanpa ada pertimbangan lain yang pasrah dengan keadaan karena ujung dari permasalahan diakhiri pada kehendak Tuhan.

Ancaman lain yangb muncul adalah penggunaan bahan kimia untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian dan inibelum disari sepunya karena dampak yang ditimbulkan belum nampak begitu jejas namun ketika kita perhatikan limbah yang terkumpul ini menunjukkan ada pencemaran dari bahan kimia yang tidak mengancam kehidupan ekologis air.

Terakhir kami mendapatkan informasi bahwa keadaan disekitar kawasan hutan Kahayya ada ketegangan antara pemerintah dan masyarakat setempat. Pemerintah akan merencanakan program Hutan Kemasyarakatan (HKm), tapi masyarakat menolak dengan alasan bahwa program ini adalah tipu muslihat dan mereka (pemerintah) akan mengambil lahan mereka sehingga mereka tidak memiliki akses lagi memanfaatkan lahan mereka. Kata Yudi ketua LSM Kareso.

Perjalanan ini sangat menyedihkan menyaksikan keadaan pegunungan yang hanya padang ilalang dan hanya 1 atau dua tegakan pohon yang ada di antara pebukitan yang merupakan kawasan penyanggga dan hutan lindung yang berfungsi sebagai penahan erosi dan penyuplai air untuk sungai bijawang dan sungai bialo.

Foto : Fadil (Kawasan Penyangga, Hutan Lindung)
Perubahan suhu sanagan menonjol, ketika tim ada loaksi kedaan berubah menjadi pemandangan gunung yang gersansaga dengan kaedaan panas mencapai 30 derajat. Ini meruoakan kejutan yang tidak lumrah kami temukan pada kawasan hutan lindung yeng telah ditetapkan oleh pemerintah jauh sebelum masyarkat banyak bermukim di kawasan ini.

Indharto yang memeiliki keluarga di Kampung kahayya, bercerita keadaan ini beberapa tahunyang lalu waktu itu masih sering mengunjungi keluarganya sekaligus berkemah dengan teman sekolahnya dulu dan kini rata-rata pekerja kebunnya adalah orang kahayya ini. “pada tahun 2005 saat itu masih bisa menikmati keadaan dengan rimbunan pohon dandingin yang menusuk dari dalam hutan. Sampai pada 2007 masih sring datang sesekali dan sedikit-sedikit terjadi perubahan alam. Masyarakt sudah banyak yang berkebun dan tegakan pohon besar sudah jarang ditemukan. Padahal sumber keragaman ekologi sangat besar ditempat ini, termasuk anoa, kukang dan bebrapa jenis burung yang hidup liar saat ini kini hanya cerita dongen belaka.”

Fikiran saya adalah kenapa ini bisa terjadi dan bagaimana proses terjadinya?. Saya fikir ribuan hektar yang ada di Kahayya ini hanya memakan  waktu sekitar 3-5 tahun untuk menghancurkan hutan lebat tanpa bekas sedikitpun. Sisa penebangan pun tidak kami jumpai. Rumah warga juga hanya sederhana dan kebanyakan hanya gubuk bambu yang menunjukkan masyarakt Kahayya cukup terbelakan dan meuju miskin.

Kami telusuri lebih dalam terkait pertanian yang ada disana. Ada beberapa tanaman unggulan yang sangat menonjol dari segi pertanianya. Pertama tanaman jagung yang mendominasi tiap tahunnya dan tanaman tembakau yang bebera tahunterakhir mulai kurang produksinya karena telah digantikan oleh rokok kretek yang hanya bermodalkan uang untuk mendapatkannya di warung terdekat dengan berbagai jenis dan merek. Terakhir adalah tanaman kopi yang menjadi penopang hidup mereka untuk tetap bertahan hidup.

Cerita tidak berakhir begitu saja, belum selesai kami telusuri terkait pertanian, hortikultura dan lain-lain, datang cerita baru dari kalngan masyarakat yang mengatakan pemuda kebanyakan keluar dari kampung ini mencari kerja dan tidak sedikit yang menjadi TKI untuk perubahan nasib mereka. Alasannya sederhana “tidak ada lagi pekerjaan yang layak bagi mereka untuk menghasilkan dan menghidupkan keluarganya nantinya”.

Kami belum menyentuh bidang pendidikan dan kesehatan. Namun bocoran yang kami terima adalah tingkat putus sekolah sangat tinggi. Fakta ini dapat kami lihat dari keadaan sekitar yang kebanyakan dari mereka hanya ngumpul ngrumpi dan banyak hanya bermain. Tapi kami tidak bisa menjastis begitu saja karena kami belum menelusuri lebih dalam lagi terkait dengan dua bidang ini.

Catatan kami dalam perjalanan ke Kahayya ini adalah “kenapa ini terjadi dan kenapa pemerintah terlihat seperti dak tahu dengan keadan ini, padahal kata Dinas Kehutanan tiap tahun dilakukan reboisasi .”

Catatan ini mungkin akan mewakili beberapa daerah di Sulawesi yang dikuras habis kekayaannya tanpa memberikan jejak tapi memberikan luka lama. SAVE FOREST. fadil

Foto : Fadil (Kondidi Terakhir Gunung Kahayya 2013  

Tidak ada komentar:

Sejarah

[Sejarah][bsummary]

Makanan dan Pertanian

[Ekologi][twocolumns]