Keragaman

[Keragaman][bleft]

Sain dan Teknologi

[Sains & Teknologi][bsummary]

Ekologi

[Ekologi][twocolumns]

REVISI TATA RUANG MAKASSAR JAWAB TANTANGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Kota Makassar

IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change), suatu badan yang dibentuk WMO (World Meteorological Organization) dan UNEP (The United Nation of Environment Program), menggunakan istilah perubahan iklim untuk menunjukan terjadinya variasi iklim dalam kurun waktu tertentu, tanpa memandang apakah penyebabnya adalah karena faktor alam atau karena akibat dari aktivitas manusia.

Perubahan ikim telah menuai dampak yang signifikan terutama di kota-kota besar seperti Makassar. Sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar kini memasuki babak baru di masa transisinya beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim. Gejala dan dampak ini dinilai sebagai momentum unuk segera beradaptasi dan melakukan tindakan mitigasi. Siklus cuaca yang kini tidak menetap menghasilkan persoalan yang sangat kompleks. Terutama ketersediaan air untuk masyarakat di wilayah perkotaan yang secara perlahan menuju kondisi kelangakaan.

Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh perencanaan tata ruang kota. Iklim menjadi salah satu variabel utama dalam tahap perencanaan tersebut. Perencanaan pemanfaatan ruang sangat bergantung pada kondisi iklim, guna mengkalkulasi potensi dan dampaknya untuk pemanfaatan jangka waktu panjang. Dari tinjauan tata ruang, terjadinya inkonsistensi iklim mengakibatkan semua indikator penilaian tentang pemanfaatan ruang kota dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, mulai dari perencanaan hingga penetapan pemanfaatan lahan (landuse) menjadi berubah termasuk daya dukung lingkungannya.

Kondisi tata ruang kota Makassar dinilai belum memadai sebagai kota yang mampu beradaptasi terhadap extreame weather. Menanggapi hal tersebut, Direktur Pusat Studi Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim Kawasan Timur Indonesia, Dr.Ir. Roland A. Barkey (foto kiri) bersama CSIRO (The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation) Autralia melakukan studi tentang tindakan antisipasi dampak perubahan iklim khususnya di wilayah Makassar, Maros Sungguminasa, dan Takalar (Mamminasata), Sulawesi Selatan.

Awalnya pada 2010, riset ini hanya pada tahap pengumpulan data, kemudian melakukan analisis, hingga membantu proses revisi urban planning, termasuk rencana tata ruang di Makassar, hingga kini pembuatan masterplan air bersih dan masterplan sanitasi sebelum diadakan pertemuan untuk membahas arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara (RTRWN) tahun ini.

Studi ini menggunakan suatu simulasi model untuk mendeteksi dampak perubahan iklim pada skala spasial yang lebih rinci yaitu pada skala 14 km dari skala yang sebelumnya digunakan yakni 250 km. Perubahan skala ini dinilai efektif karena informasi yang diperoleh lebih detail.

“Kami telah melakukan downscaling,” ujar Roland. Downscalling merupakan suatu teknik untuk menaikkan resolusi model dengan cara menurunkan skala grid pada model global menjadi skala regional pada domain yang diinginkan. Sehingga dengan melakukan downscaling, maka resolusi model akan meningkat sesuai dengan informasi yang diinginkan. (ML)

Tidak ada komentar:

Sejarah

[Sejarah][bsummary]

Makanan dan Pertanian

[Ekologi][twocolumns]