The Legend of Daeng Ra'ali

.foto: Fadil. Sesi Wawancara Dengan Daeng Ra'ali

Kompat-Online, Banyak yang belum terungkap terkait cerita orang-orang jaman dulu yang generasinya mulai menghilang namun tidak ada dalam sejarah perjalanan kehidupan bangsa ini. Mati termakan jaman dengan segelumit sejarah yang membuat beban hidup selama puluhan tahun. mereka tahu akan kehilangan cerita masa lalu, mereka hanya berkisah apa adanya kepada anak cucu mereka, tapi cerita itu hanya dilewatkan tanpa secarik kertas dan goresan pena yang mengiringi.

Bapak sejarawan (bukan paten) Dg. Ra'ali merupakan sosok manusia sang pengikut Kahar Muzakkar dan masuk dalam jaringan Gerilliawan pada masa penjajahan belanda, bisa dipastiakan ke ikut sertaanya dalam memperjuangkan   Negri ini. Dg Ra'ali banyak bercerita sejarah dan memberikan informasi beberapa situs yang telah ditinggalkan selama bertahun-tahun dan belum terungkap fakta sesungguhnya. Dengan nada terbata-bata dan mencoba mengingat kembali kejadian masa lalu sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Kami dari tim ekspedisi KOMPAT mencoba menggali dan menanyakan beberapa hal yang kami ketahui dan hasilnya cukup memuaskan, karena kami dapat mendapatkan informasi lansung dari pelaku sejarah yang bermukim di lereng gunung LOMPOBATTANG (Butta Lompoa) jauh dari keramainnya yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Senggan merupakan kampung yang hanya memiliki 9 kepala keluarga, sehingga keakraban antar mereka sangat terlihat, keramahan dan cara mereka bercengkrama menunjukkan kampung yang asri dan jauh dari hiruk pikuk permaslahan dunia.

Tujuan awal kami melakukan ekspedisi merupakan "inventarisasi keragaman hayati" kawasan hutan lindung Bulukumba yang terletak di Kec, Kindang. Apa yang kami temui cukup mengejutkan. Luas kawasan hutan yang mencapai 3 hektar lebih tidak menunjukkan keragaman hayati sebagai kawasan Wallacea. Anoa, monyet sulawesi, bebagai jenis burung dll yang diperkirakan dan menurut cerita banyak orang, dapat ditemukan dengan mudah dikawasan ini ternaya berbanding terbalik. Jenis anggrek pun cukup langka dan spesiesnya sangat minim, dalam perjalanan kami hanya menemukan 3 jenis anggrek.

Air terjun dalam hutan Foto : Fadil

Kawasan hutan Senggan sangat memprihatikan, sebagian besar merupakan bekas ladang yang telah ditinggalkan masyrakat. Sehingga tampak seperti kawasan tandus dengan padang ilalang. Longsor dan tumpahan air sungai tidak asin lagi bagi masyarakat sekitar. Upaya penyelamtan sudah dilakukan oleh masyrakat setempat, akan tetapi masih jauh dari kata berhasil, karena mereka menanam pohon yang tidak cocok untuk konservasi contohnya Mahoni, bayam jawa, dll. Semua pohon yang di tanaman merupakan tanaman industri bukan tanaman konservasi (salah Kaprah).

Kawasan hutan Bulukumba memiliki banyak sejarah, mulai dari AWALLI, SAWERIGADING, LAKUMPE, KAHAR MUZAKKAR, KR. KINDANG sampai anak cucu mereka DG. RA'ALI. masih banyak generasi lagi. Semua butuh pelestarian dan itulah yang kami rencanakan dari tim KOMUNITAS PETA BUTA (KOMPAT).*fadil.