Ilustrasi Komunitas Peta Buta, Foto : Fadil |
"Ini menandakan kemungkinan longsor susulan yang lebih besar bisa saja terjadi," ujar Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Enrekang, Eka Febriansyah.
Temuan longsorang ini juga yang menjadi sumber permasalahan air bersih yang sejak 6 hari terakhir tidak mengalir ke kepemukiman warga di seluruh wilayah di Desa Parombean. Longsor tersebut menutup saluran air sehingga warga mengalami krisis air sekira sepekan lamanya.
"Ini penyebab air tak mengalir, karena 6 titik longsor ini menutup saluran air bersih yang selama ini dimanfaatkan warga Parombean," tambah Kades Parombean Abdul Rahman.
Bersama warga, BPBD mulai melakukan pembersihan material longsoran demi bisa mengalirkan kembali air bersih ke masyarakat. Apalagi kebutuhan air bersih warga di pengungsian sangat dibutuhkan. Hingga saat ini, air bersih mesti disuplai dengan mobil tangki BPBD.
Hingga Sabtu (23/4/2016), atau empat hari pasca musibah tanah longsor yang melanda Desa Parombean, Kabupaten Enrekang, ada 25 Kepala Keluarga (KK) yang memilih meninggalkan posko induk pengungsian.
Posko induk itu berada di dalam area SDN 194 Buntu Limbong yang semula menampung 105 KK. Para pengungsi itu memilih pindah ke rumah kerabat mereka yang masih masuk dalam wilayah Desa Parombean.
sumber : New Rakyatku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar